Disusun
Oleh:
KELOMPOK 2
Pendidikan
adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar
(Whiterington, 1982:10). Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang
sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Jadi pembelajaran merupakan proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak
semua orang dapat diperlakukan dengan porsi yang sama. Dengan adanya perbedaan
rentang usia pastinya terdapat daya tampung ilmu yang berbeda-beda tiap
rentangnya. Oleh sebab itu terbentuklah suatu jenjang pendidikan yang disesuaikan
dengan usia dan kapasitasnya masing-masing. Adapun 4 Jenjang Pendidikan di
Indonesia sendiri, yakni: PG/TK, SD, SMP, dan SMA.
MASA
PRA-SEKOLAH (PG/TK)
Taman kanak-kanak (bahasa Inggris: kindergarten),
disingkat TK, adalah jenjang pendidikan
anak usia dini (usia
6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK
ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
Lama masa belajar seorang murid di
TK biasanya tergantung pada tingkat kecerdasannya yang dinilai dari rapor per semester. Secara umum untuk lulus dari
tingkat program di TK selama 2 (dua) tahun, yaitu:
·
TK
0 (nol) Kecil (TK kecil) selama 1 (satu) tahun
·
TK
0 (nol) Besar (TK besar) selama 1 (satu) tahun
Setelah lulus dari TK, atau pendidikan
sekolah dan pendidikan
luar sekolah lainnya
yang sederajat, murid kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi
di atasnya, yaitu Sekolah Dasar atau yang sederajat. Di Indonesia, seseorang tidak diwajibkan untuk
menempuh pendidikan di TK. Usia Taman
kanak-kanak (Pra sekolah) merupakan fase pekembangan individu : 2-6 tahun, anak
mulai memiliki kesadaran tentang dirinya (pria dan wanita), Pada masa usia dini
anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang merupakan masa dimana anak
mulai peka/sensitive untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada
masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan
anak secara individual. Masa
peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap
merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Berikut Beberapa Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia
Dini :
1.
Aspek Perkembangan Kognitif
Tahapan Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori Piaget
adalah: (1) Tahap sensorimotor, usia 0 – 2 tahun. Pada masa ini kemampuan anak
terbatas pada gerak-gerak refleks, bahas awal, waktu sekarang dan ruang yang
dekat saja; (2) Tahap pra-operasional, usia 2 – 7 tahun. Masa ini kemampuan menerima
rangsangan yang terbatas. Anak mulai berkembang kemampuan bahasanya, walaupun
pemikirannya masih statis dan belum dapat berpikir abstrak, persepsi waktu dan
tempat masih terbatas; (3) Tahap konkret operasional, 7 – 11 tahun.
Pada tahap ini anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi; (4) Tahap formal operasional, usia 11 – 15 tahun. Pada masa ini, anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi, mampu berfikir abstrak.
2.
Aspek Perkembangan Fisik
Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian
gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan ototter
koordinasi (Hurlock: 1998). Keterampilan motorik anak terdiri atas keterampilan
motorik kasar dan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik anak usia
4-5 tahun lebih banyak berkembang pada motorik kasar, setelah usia 5 tahun baru
terjadi perkembangan motorik halus.
Pada usia 4 tahun anak-anak masih suka jenis gerakan sederhana seperti berjingkrak-jingkrak, melompat, dan berlari kesana kemari, hanya demi kegiatan itu sendiri tapi mereka sudah berani mengambil resiko. Walaupun mereka sudah dapat memanjat tangga dengan satu kaki pada setiap tiang anak tangga untuk beberapa lama, mereka baru saja mulai dapat turun dengan cara yang sama.
Pada usia 4 tahun anak-anak masih suka jenis gerakan sederhana seperti berjingkrak-jingkrak, melompat, dan berlari kesana kemari, hanya demi kegiatan itu sendiri tapi mereka sudah berani mengambil resiko. Walaupun mereka sudah dapat memanjat tangga dengan satu kaki pada setiap tiang anak tangga untuk beberapa lama, mereka baru saja mulai dapat turun dengan cara yang sama.
Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih berani mengambil resiko dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Mereka lebih percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu obyek, berlari kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya bahkan orangtuanya (Santrock,1995: 225)
3.
Aspek Perkembangan Bahasa
Hart & Risley (Morrow, 1993) mengatakan umur 2 tahun,
anak-anak memproduksi rata-rata dari 338 ucapan yang dapat dimengerti dalam
setiap jam, cakupan lebih luas adalah antara rentangan 42 sampai 672. 2 tahun
lebih tua anak-anak dapat mengunakan kira-kira 134 kata-kata pada jam yang
berbeda, dengan rentangan 18 untuk 286.
Membaca dan menulis merupakan bagian dari belajar bahasa. Untuk bisa membaca dan menulis, anak perlu mengenal beberapa kata dan beranjak memahami kalimat. Dengan membaca anak juga semakin banyak menambah kosa kata. Anak dapat belajar bahasa melalaui membaca buku cerita dengan nyaring. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan anak tentang bunyi bahasa.
4.
Aspek Perkembangan Sosio-Emosional
Masa TK merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial
yang terlihat pada masa kanak-kanak awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock
(1998:252) yaitu: kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan
sosial, simpati, empati, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan
diri sendiri, meniru, perilaku kelekatan.
Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psiko analisis mengidentifikasi perkembangan sosial anak: (1) Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun. Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenangkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga; (2) Tahap 2 : Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya.
Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psiko analisis mengidentifikasi perkembangan sosial anak: (1) Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun. Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenangkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga; (2) Tahap 2 : Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya.
Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota
tubuhnya dapat meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak member
kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu
dan ragu-ragu; (3) Tahap 3 : Initiative vs Guilt (berinisiatif vs bersalah),
usia 4-5 tahun.
Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan berinteraksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah; (4) Tahap 4 : industry vs inferiority (percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas.
Anak telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.
Metode Belajar yang
Tepat untuk PG/TK
Anak-anak
pada usia prasekolah memiliki cirri khas yaitu bermain. Metode pembelajaran
melalui bermain adalah metode belajar yang paling tepat digunakan untuk PG/TK.
Bermain merupakan kebutuhan anak. Bermain merupakan aktivitas yang positif bagi
anak, karena terkandung bermacam-macam fungsi dalam pengembangan kemampuan
fisik, motorik, intelektual, bahasa, emosi, dan sosial.
·
Untuk mengembangkan stimulasi
kreativitas pada anak, tenaga pendidik dapat memberikan waktu luang pada anak.
Biarkan anak menggunakan imajinasinya untuk mengeksplorasi dunia kecilnya.
·
Untuk mengendalikan emosi anak, tenaga
pendidik dapat membicarakan ketakutan anak itu, memberinya rasa aman, serta
membantu anak dalam mengendalikan emosinya.
·
Untuk mengendalikan sosial anak, tenaga
pendidik dapat melibatkan anak dalam suatu kelompok sehingga anak dapat
berinteraksi dengan anak-anak lain, belajar bekerja sama, dan melatih kemampuan
sosialnya dalam memahami apa yang benar dan apa yang salah serta memahami sudut
pandang orang lain.
·
Untuk pemahaman gender, tenaga pendidik
harus memberikan pendekatan kepada anak tentang perbedaan biologis anak
perempuan dengan anak laki-laki.
Strategi pembelajaran
untuk anak PG/TK
Tenaga
pendidik dapat melakukan hal-hal di bawah ini dalam mengajar anak-anak.
·
Belajar melalui bernyanyi, dengan
bernyanyi dapat membantu mengembangkan rasa percaya diri pada anak,
mengembangkan daya ingat anak, dan kemampuan bahasa anak.
·
Belajar melalui bercerita, tenaga
pendidik dapat memanfaatkan nilai-nilai positif dari cerita untuk mengembangkan
pengetahuan sosial anak, menambah nilai moral dan pengalaman belajar untuk
mendengarkan.
MASA SEKOLAH DASAR (SD)
Sekolah dasar (disingkat SD) adalah jenjang paling dasar
pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam
waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Saat ini murid kelas 6
diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (Ebtanas) yang mempengaruhi kelulusan
siswa. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTP.
Pelajar sekolah dasar
umumnya berusia 7-12 tahun (masa kanak-kanak akhir). Di Indonesia, setiap warga
negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar
(atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.
Sehubungan dengan rentang usia tersebut, adapun beberapa ciri peserta didik
pada tahapan ini (kanak-kanak akhir) adalah sebagai berikut:
A.PERKEMBANGAN FISIK
1. Tinggi dan Berat
Anak-anak
tumbuh sekitar 5-8 cm tiap tahunnya antara usia 6 dan 11 tahun dan berat badan meningkat kira-kira dua
kali lipat selama pada masa ini. Anak perempuan mempertahankan sedikit lebih
banyak lapisan lemak daripada anak laki-laki, suatu karakteristik yang akan bertahan sampai masa dewasa.
2. Otak
Merupakan perkembangan yang terpenting dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak. Otak dan kepala merupakan bagian yang tumbuh paling cepat.
Meningkatnya ukuran otak disebabkan oleh peningkatan jumlah dan ukuran
syaraf-syaraf dalam, dan diantaranya bagian-bagian otak. Peningkatan ukuran
otak disebabkan oleh peningkatan mielinisasi yaitu proses dimana sel-sel syaraf
dilapisi dan diisolasi oleh sebuah lapisan sel-sel lemak, efeknya dapat meningkatkan
kecepatan dan ketepatan penyaluran informasi melalui system syaraf. Mielinisasi
penting bagi pendewasaan anak, peningkatan kematangan otak dikombinasikan untuk
memperoleh pengalaman dan pemunculan kemampuan kognitif.
3. Perkembangan Motorik Kasar
Contohnya
seperti kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat. Otot-otot besar dan
sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan
tubuh. Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak.
Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang
anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya.
4. Perkembangan Motorik Halus
Adapun
perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan
otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada
aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih.
Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok, termasuk contoh gerakan
motorik halus.
B. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Menurut Piaget (1952) masa
kanak-kanak adalah masa pra operasional. Anak-anak prasekolah membentuk konsep
yang stabil, dan mereka memulainya dari akal, tetapi pikiran mereka rusak
karena egosentris dan sistem kepercayaan magis.
PENDEKATAN PIAGET: OPERASIONAL KONKRET
Terbentuk
kira-kira pada usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak-anak dapat melakukan
operasi konkrit, dan berpikir secara logika selama dapat diaplikasikan secara
spesifik ataupun contoh yang spesifik. Ingat bahwa operasi adalah tindakan
mental yang bersifat reversibel, dan operational concrete dapat
diaplikasikan secara nyata, benda-benda konkrit.
Anak yang
telah mencapai tahap concrete operational juga mampu
dalam seriation, dimana kemampuan tersebut mampu menstimulasi
sepanjang dimensi kuantitatif (contohnya panjang). Seperti contoh, seorang guru
meletakkan 8 buah tongkat dalam ukuran panjang yang berbeda dan guru meminta
mereka untuk mengurutkannya. Namun, anak–anak mengurutkannya berdasarkan ukuran
‘besar’ dan ‘kecil’ daripada mengurutkannya sesuai ukuran. Seharusnya pengurutannya
berdasarkan dari pendek ke panjang.
C. PERKEMBANGAN BAHASA
Bahasa adalah sebuah sistem
komunikasi yang terdiri atas kata-kata dan simbol-simbol yang digabungkan dalam
suatu aturan dan digunakan untuk menghasilkan pesan dalam jumlah tak terbatas Anak-anak
dapat menggunakan bahasa untuk mempengaruhi perilaku orang lain, untuk
mengeksplorasi dan belajar tentang lingkungan mereka, dan untuk diri dari
kenyataan dengan menggunakan imajinasi mereka.
Bahasa membantu anak untuk mengatur
persepsi dan pemikiran, mengendalikan tindakan mereka, dan bahkan untuk
memodifikasi emosi mereka. Salah satu bagian terpenting dalam proses belajar
pada perkembangan anak adalah pengembangan komunikasi komunikatif dimana
anak-anak mengalami kemampuan dalam menyampaikan pikiran, perasaan, dan niat
dalam cara yang berarti dan budaya. Komunikasi didefinisikan ke dalam dua
proses yaitu kita mengirim dan menerima pesan kepada orang lain.
Metode Belajar Untuk Anak SD
(Anak-AnakAkhir)
Berdasarkan
perkembangan usia anak-anak akhir tersebut maka kita harus memilah metode mana
saja yang tepat untuk usia 6-11 tahun tersebut, diantaranya :
1.
Metode
“chungking”
Metode
chungking adalah metode yang memudahkan siswa dalam mengingat sesuatu. Misalnya
mengingat sederet kata: sapi, rumput, lapangan, tennis, air, anjing, danau.
Dalam hal ini siswa bisa mempergunakan metode chunking untuk mengingat kata
tersebut, yaitu : “SAPI terlihat makan RUMPUT disamping LAPANGAN TENIS. Setelah
itu ia meminum AIR yang tidak jauh dari ANJING yang sedang memandang DANAU di
seberang.”
Cara yang efektif dalam metode ini adalah banyak
bertanya. Apabila guru sudah banyak memberikan instruksi kepada siswa untuk
menghafal sesuatu, siswa harus diberi pertanyaan yang banyak terkait dengan
materi yang dipelajari. Ini dilakukan untuk mengetahui letak kesulitan siswa
dalam menghafal sehingga guru bisa langsung membantu permasalahannya tersebut.
2.
Metode
Belajar Kolaboratif
Metode
belajar kolaboratif ini adalah kegiatan belajar dimana siswa SD dibagi dalam
beberapa kelompok dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah untuk menempuh
suatu tujuan. Metode belajar kelompok ini juga bermanfaat dalam mengasah
kemampuan sosial anak, bekerja sama dengan teman yang lain, dan menjadi
pemimpin dalam sebuah kelompok. Metode ini dapat juga mengasah kemampuan
komunikasi komunikatif anak.
3.
Metode
Alat Peraga dan Contoh Konkret
Mengacu pada Piaget,
bahwa anak usia 6-11 tahun berada dalam tahap operasional konkret bahwa anak
akan menangkap objek secara nyata dan benda-benda konkret maka menggunakan alat
peraga dan simbol adalah alat bantu yang baik untuk memahami materi
pembelajaran yang disampaikan guru. Misalnya, dengan mempraktikkan gaya pegas
dengan langsung membawa ketapel, atau menghitung penjumlahan dan pengurangan dengan sempoa.
MASA
SMP (SEKOLAH MENENGAH PERTAMA)
Sekolah menengah
pertama (disingkat SMP, bahasa Inggris: junior high school) adalah
jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah
lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah
pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Murid
kelas 9 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang memengaruhi kelulusan siswa.
Lulusan sekolah menengah pertama dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah
atas atau sekolah
menengah kejuruan (atau
sederajat).
Pelajar
sekolah menengah pertama umumnya berusia 13-15 tahun. Di Indonesia, setiap
warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah
menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun. Dengan kata lain peserta didik pada
jenjang ini adalah kalangan remaja, terutama remaja awal.
Remaja atau adolescence bersal
dari bahasa latin “adolescence” yang berarti tumbuh
kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik
saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Remaja juga dapat
didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa. Ada dua pandangan teoritis tentang remaja.
Menurut pandangan teoritis pertama yang dicetuskan oleh Psikolog G.Stanley Hall
: Adolescence is atime of “strom and stess”. Artinya, remaja adalah masa yang
penuh dengan “badai dan tekanan jiwa”, yaitu masa dimana terjadi perubahan
besar secara fisik, intelektual dan emossional pada seseorang yang menyebabkan
kesedihan dan kebimbangan (konflik) pada yang bersangkutan, serta dapat
menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dalam hal ini Sigmund freud dan
Erikson meyakini bahwa perkembangan pada masa remaja penuh dengan konflik.
Menurut teoritis yang kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan
konflik. Menurut hurlock (1964) remaja awal (12/13 tahun-17/18 tahun), remaja
akhir (17/18 tahun-21/22 tahun).
Ciri-ciri Remaja Awal (10-14
tahun).
1)
Ciri
fisik:
v
Laju
perkembangan secara umum berlangsung sangat cepat/pesat.
v
Proporsi
ukuran tinggi dan berat badan sering kali kurang seimbang.
v
Munculnya
ciri-ciri sekunder (tumbuh bulu pada pubic region, otot mengembang pada
bagian-bagian tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis kelamin
(menstruasi pada wanita dan day dreaming pada laki-laki).
2)
Ciri
Psikomotor :
v
Gerak-gerik
tampak canggung dan kurang terkoordinasikan.
v
Aktif
dalam berbagai jenis cabang permainan.
3)
Ciri
Bahasa:
v
Berkembangnya
penggunaan bahasa sandi dan mulai
tertarik mempelajari bahasa asing.
v
Menggemari
literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik, dan estetik.
Ciri-ciri Perkembangan Remaja
Perkembangan remaja terlihat dengan ciri-ciri sebagai
berikut :
A.
Perkembangan
Biologis
Perubahan fisik
seperti pubertas merupakan hasil aktifitas hormonal dibawah pengaruh sistem
saraf pusat. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan
peningkatan fisik dan pada penampakan serta perkembangan karakteristik seks
sekunder.
B.
Perkembangan
Psikologis
Teori psikososial tradisional menganggap bahwa kritis
perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Pada masa
remaja mereka mulai melihat dirinya sebagai individu yang lain.
C.
Perkembangan
Kognitif
Berfikir kognitif mencapai puncaknya pada kemampuan
berfikir abstrak. Remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual yang
merupakan ciri periode konkret, remaja juga memerhatikan terhadap kemungkinan
tentang hal yang akan terjadi. Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan
kaidah-kaidah logika formal (asosiasi,diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang
bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas. Kecakapan dasar intelektual
menjalani laju perkembangan yang terpesat dan cepat. Kecakapan dasar khusus
(bakat) mulai menunjukkan kecenderungan-kecenderungan yang lebih jelas.
D. Perkembangan Moral
Adanya
ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan
kebutuhan dan bantuan dari orang tua. Dengan sikapnya dan cara berfikirnya yang
kritis seorang remaja mulai mengiuji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis
dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya.
E.
Perkembangan
Spiritual
Seorang remaja mampu memahami konsep abstrak dan
menginterpirasikan analogi serta simbol-simbol. Mereka mampu berempati,
berfilosofi, dan berfikir secara logis. Kemudian mengenai eksistensi dan sifat
kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertakan secara kritis dan skeptis.
Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari
luar dirinya. Dan masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.
F.
Perkembangan
Sosial
Remaja harus mampu membebaskan diri mereka dari dominasi
keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari kewenangan keluarga.
Masa remaja adalah masa dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap
teman dekat dan teman sebaya.
Ciri Konatif, Emosi,
Afektif, dam Kepribadian remaja :
a)
Lima
kebutuhan dasar ( fisiologis,rasa aman, kasih sayang, harga diri, dan
aktualisasi diri) mulai menunjukkan arah kecenderungannya.
b)
Reaksi-reaksi
dan ekspresi emosionalnya masih labih dan belum terkendali seperti pernyataan
marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih berganti
dalam waktu yang cepat.
c)
Kecenderungan-kecenderunganarah
sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan
religius), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba.
d)
Merupakan
masa kritis dalam rangka menghadapi kritis identitanya yang sangat dipengaruhi
oleh kondisi psikososialnya, yang akan membentuk kepribadiannya.
Macam
Metode Pembelajaran untuk siswa SMP
Siswa SMP adalah siswa yang rata- rata berumur remaja
yang menurut ahli perkembangan erik erikson berada dalam masa mencari
identitas.jadi menurut pendapat ahli tersebut dapat ditarik beberapa metode
yang cocok digunakan untuk siswa smp
1. Metode pembelajaran memungkinkan komunikasi 2 arah terjadi
seperti guru memberikan materi berupa ceramah,kemudian guru memberikan
kesempatan bagi siswa untuk bertanya.,jika tidak ada siswa yang bertanya maka
guru dapat memberikan dorongan dengan membuatnya menjadi tertarik untuk
bertanya
2. Metode pembelajaran kelompok
Rata rata remaja usia smp suka berkelompok dengan teman
teman sebayanya,jadi naluriberkelompok tersebut dapat digunakan oleh guru untuk
menunjang pembelajaran
3. Metode pembelajaran berdasarkan masalah yang berkembang kemudian guru bisa
mengajak siswanya untuk menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama
MASA SMA (SEKOLAH
MENENGAH DASAR)
Masa SMA adalah masa transisi dari usia remaja menuju kedewasaan awal, sehingga
logika orang dewasa bagi anak usia SMA sudah
masuk dalam frame berpikirnya. Di saat yang sama pada usia SMA, seorang remaja masih
belum punya beban dan tekanan sebagaimana layaknya orang dewasa. Adapun
beberapa ciri seseorang pada tahapan ini ialah:
1. Seorang
siswa SMA biasaya ada pada tahap Remaja Akhir ( 16-19 tahun)
2. Manunjukkan pengungkapan kebebasan
diri
3. Lebih selektif mencari teman
4. Memiliki citra (gambaran, keadaan,
peranan) terhadap dirinya
5. Mulai dapat mewujudkan perasaan
cinta
6. Berpikiran abstrak
Selain
ciri umum diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada masa ini terdapat beberapa
perkembangan khusus pada remaja, antaralain:
Perkembangan
Biologis
Perubahan
fisik (pubertas) sebagai hasil aktifitas hormonal dibawah pengaruh sistem saraf
pusat. Perubahan fisik tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik serta
perkembangan karakteristik seks sekunder.
Perkembangan
Psikologis
Sifat
kritis sebagai bentuk perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya
identitas. Pada masa ini mereka mulai melihat dirinya sebagai individu yang
lain.
Perkembangan
Kognitif
Kemampuan
berfikir abstrak mencapai puncaknya. Remaja tidak dibatasi lagi dengan
kenyataan dan aktual yang konkret, remaja juga memerhatikan kemungkinan yang
akan terjadi.
Perkembangan
Moral
Dalam
memperoleh autonomi dari orang dewasa, remaja harus menggantikan seperangkat
moral dan nilai mereka sendiri.
Perkembangan
Sosial
Remaja
harus membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah
identitas yang mandiri dari kewenangan keluarga. Masa remaja adalah masa dengan
kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap teman dekat dan teman sebaya.
Perkembangan Seksual
Peserta didik pada usia sekolah
menengah (masa remaja) berusaha secara
total menemukan satu identitas, berupa perwujudan orientasi seksual yang
tercermin dari hasrat seksual, emosional, romantis, dan atraksi kasih sayang
kepada anggota jenis kelamin yang sama atau berbeda atau keduanya. Seseorang
peserta didik yang tertarik pada anggota jenis kelamin lain disebut
heteroseksual. Sebaliknya, seseorang yang terterik pada anggota jenis kelamin
yang sama disebut homoseksual
MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran yang
di maksud adalah bentuk pembelajaran yang terdeskripsikan dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khusus oleh tenaga pendidik, yang merupakan bingkai
dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Ada banyak
model pembelajaran dan beberapa yang disarankan pada tahap / jenjang pendidikan
SMA, namun diantaranya yang belakangan ini cukup menarik yang sempat merupakan
kurikulum pengajaran SMA tahun 2013 silam, adalah sebagai berikut:
1. Inquiry Based Learning
- Observasi/Pengamatan
- Mengajukan
pertanyaan
- Mengajukan hipotesis/dugaan,
mengasosiasi atau melakukan penalaran.
- Mengumpulkan data
yang terakait dengan hipotesa atau pertanyaan yang diajukan/memprediksi
dugaan
- Merumuskan
kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis,
mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
2. Discovery Based Learning
- Stimulation
(memberi stimulus); bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai dengan
materi pembelajaran/topik/tema.
- Problem Statement
(mengidentifikasi masalah); menemukan permasalahan menanya, mencari
informasi, dan merumuskan masalah.
- Data Collecting
(mengumpulkan data); mencari dan mengumpulkan data/informasi, melatih
ketelitian, akurasi, dan kejujuran, mencari atau merumuskan berbagai
alternatif pemecahan masalah
- Data Processing
(mengolah data); mencoba dan mengeksplorasi pengetahuan konseptualnya,
melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
- Verification
(memferifikasi); mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data,
mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, mengasosiasikannya
menjadi suatu kesimpulan.
- Generalization
(menyimpulkan); melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.
3. Problem Based Learning
- Orientasi pada
masalah; masalah yang menjadi objek pembelajaran yang diamati.
- Melakukan pengorganisasian
kegiatan pembelajaran; menyampaikan berbagai pertanyaan terhadap masalah kajian.
- Penyelidikan secara
mandiri maupun kelompok; melakukan percobaan untuk memperoleh data dalam
menyelesaikan masalah yang dikaji.
- Pengembangan dan
Penyajian hasil; mengasosiasi data yang ditemukan dengan berbagai data
lain dari berbagai sumber.
- Analisis dan
evaluasi proses pemecahan masalah;
4. Project Based Learning
- Menyiapkan pertanyaan
atau penugasan proyek
- Mendesain
perencanaan proyek
- Menyusun jadwal
sebgai langkah nyata dari sebuah proyek.
- Memonitor kegiatan
dan perkembangan proyek
- Menguji hasil
- Mengevaluasi
kegiatan/pengalaman
METODE PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan model pembelajaran
diatas, beberapa metode yang dapat digunakan adalah:
1) Diskusi
2) Eksperimen
3) Demonstrasi
4) Simulasi