Kamis, 29 Juni 2017

Psikologi Pendidikan: Manajemen Kelas


Manajemen Kelas

Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles, 2002; Everstson, Emmer, & Worsham, 2003). Manajemen lingkungan yang baik adalah mendesain lingkungan fisik kelas untuk pembelajaran yang optimal, menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran, membangun dan menegakkan aturan, mengajak murid bekerja sama, mengatasi masalah secara efektif, dan menggunakan strategi komunikasi yang baik.
Ada tujuan manajemen kelas yang efektif : membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan, dan mencegah murid mengalami masalah akademik dan emosional.

·   Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
Gaya Penataan:
1.      Gaya auditorium tradisional, semua murid duduk menghadap guru.
2.      Gaya tatap muka (face to face), murid saling menghadap satu sama lain.
3.      Gaya off-set, sejumlah murid (3-4 orang) duduk di bangku tetapi tidak duduk   berhadapan langsung satu sama lain.
4.      Gaya seminar, sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, persegi, atau bentuk U.
5.      Gaya klaster (cluster), sejumlah murid (4-8 orang) bekerja dalam kelompok kecil.

·   Menciptakan Lingkungan Positif untuk Pembelajaran


Guru yang otoratif akan cenderung mempunyai murid yang mandiri, tidak cepat puas, mau bekerja sama dengan teman, dan menunjukkan penghargaan diri yang tinggi. Guru otoratif akan melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka, menjelaskan aturan dan regulasi, dan menentukan standar dengan masukan dari murid. Strategi manajemen kelas yang otoratif akan mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku independen.

·   Menjadi Komunikator yang Baik
Dalam mengelola kelas dibutuhkan keterampilan komunikasi yang baik. Aspek utama dalam komunikasi yang dibutuhkan itu sendiri meliputi: Keterampilan Berbicara; Mendengar; dan komunikasi nonverbal.
1)  Keterampilan Berbicara
Dibutuhkan kejelasan dalam berbicara saat didepan kelas murid. Oleh sebab itu dibutuhkan beberapa strategi seperti, menggunakan tata bahasa yang benar; memilih kosa kata yang tepat sesuai level / grade murid, tempo berbicara dan strategi penanaman pemahaman yang tepat, serta strategi penyampaian materi yang disiapkan dengan baik. Persiapan dan penguasaan materi ajar juga berpengaruh disini

2)  Keterampilan Mendengar
Jadilah pendengar aktif, yaitu gaya mendengar yang memberi perhatian penuh pada pembicara, memfokuskan diri pada isi intelektual dan emosional dari pesan. Gabungkan keeterampilan ini dengan gaya interaksi sebagai guru kepada murid dan bantu murid belajar mengembangkan keterampilan ini pula seperti, Memberi perhatian cermat pada orang yang sedang berbicara; Menggunakan Prafasa, yaitu menyatakan apa yang baru orang lain katakan dengan dengan kalimat sendiri; Mensintesiskan tema dan pola percakapan; dan Memberi umpan balik atau tanggapan dengan cara yang berkompeten.

3)  Komunikasi Non-Verbal
Sulit untuk menyembunyikan komunikasi non-verbal dan oleh karenanya, sebaiknya kita menyadari bahwa komunikasi nonverbal dapat menyampaikan apa yang kita atau orang lain rasakan. Beberapa perlakuan non verbal yang dimaksud diantaranya:
  • Ekpresi Wajah dan Komunikasi Mata, dimana raut wajah sebagai ungkapan emosi dan perhatian seseorang dan kuantitas kontak mata dimana dibeberapa budaya daerah, menandakan adanya rasa suka.
  • Sentuhan, yang tepat dan yang sopan dalam berinteraksi dengan murid
  • Space, beritahu dan sadari bahwa murid memiliki  berhak mendapat ruang individual, dan mereka harus menghormati ruang pribadi orang lain.
  • Diam. Dengan diam seorang pendengar yang baik akan dapat: Mengamati mata pembicara, ekspresi wajah, postur, dan isyarat komunikasi; Memikirkan tentang apa yang sedang dikomunikasikan oleh orang lain; Bertanya-tanya apa yang sesungguhnya dirasakan orang lain; Mempertimbangkan jawaban yang paling tepat


Sekian beberapa hal yang dapat diperhatikan dalam manajemen kelas. Selengkapnya dapat ditemukan di dalam referensi penulisan.

Referensi: Santrock, John W. Psikologi Pendidikan edisi kedua. Universitas of Texas  at Dallas. Kencana: Prenada Media Group.





Psikologi Pendidikan: PABK (Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus)

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus 
(Anak Luar Biasa)

Anak berkebutuhan khusus (Anak Luar Biasa) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.

  • Diagnosis / Pelabelan Keluarbiasaan
1.     Sikap profesional identifikator dalam mengindentifikasi
2.     Dampak Positif: Penerimaan Individu dan Lingkungan yang tepat
3.     Dampak Negatif: Pandangan/Lingkungan yang negative

  • Hal-hal penting bagi Anak Luar Biasa (ALB)
1.     Prinsip Normalisasi / LRE ( Least Restrictive Environment), yaitu pengupayaan kondisi yang paling tidak terbatas bagi individu (ALB)
2.   ALB perlu diupayakan untuk terus-menerus berada dalam situasi kehidupan sehari-hari
3.   Penyedian sarana/prasarana yang membantu individu ALB dalam beradaptasi dilingkungan kesehariannya. Contoh: Buku bacaan berhuruf braille bagi siswa tuna netra; Alat bantu dengar (Hearing Aid) bagi siswa Tuna Rungu; Ruang kelas yang lebih kecil dan terstruktur bagi siswa yang mengalami gangguan emosional/perilaku.

  • Tujuan Pendidikan Luar Biasa
1.     Mengembangkan kehidupan individu sebagai pribadi
2.     Mengembangkan kehidupan individu sebagai anggota masyarakat
3.  Mempersiapkan siswa untuk memiliki keterampilan sebagai bekal didunia kerja
4.     Mempersiapkan anak didik dan siswa untuk mengikuti pendidikan lanjutan

  • Bentuk dan Jenis PALB
1. Sekolah Luar Biasa, terdiri dari: TKLB; SDLB; SMPLB; SLTLB. (Berdasarkan PP RI No. 27 Tahun 1991)
2.     Sekolah Inklusi

  • Jenis-Jenis SLB
1. SLB A (Tuna Netra)
Persyaratan: Keterangan Dokter Mata, umur sebaiknya 3-7 tahun (tidak lebih dari 14 tahun)
Tuna Netra yang dimaksud adalah:
  • Low Vision, kerusakan penglihatan yang tidak bisa ditanggani dengan lensa
  • Totally Blind (Buta Total)
2. SLB B (Tuna Rungu)

3. SLB C (Tuna Grahita), siswa dengan IQ= 50-75



4. SLB C1 (Tuna Grahita), siswa dengan IQ= 25-50
Persyaratan: Keterangan IQ anak dari Psikolog, keterangan dari sekolah terakhir, umur sebaiknya 5,5-11 tahun

5. SLB D (Tuna Daksa), 
Untuk anak didik yang memiliki kecacatan anggota tubuh ber-IQ normal
6. SLB D1 (Tuna Daksa), 
Untuk anak didik yang memiliki kecacatan anggota tubuh dan memiliki IQ dibawah rata-rata

7. SLB E (Tuna Laras), 
Disebut juga tuna perilaku, sekolah bagi anak-anak yang memiliki kesulitan menyesuaikan diri atau pernah melakukan kejahatan / catatan kriminal (umur 6-18 tahun).

8. SLB G (Tuna Ganda), 
Sekolah untuk anak yang memilki lebih dari satu disabilitas
Persyaratan: Surat keterangan dari dokter dan psikolog

  • Penyelenggaraan Pendidikan Khusus
1.     IEP (Individual Education Program)
2.     LRE (Least Restrictive Environment), lingkungan yang tidak mengekang anak didik
3.     Training and Collaboration among Professionals

Selasa, 27 Juni 2017

Psikologi Pendidikan: BIMBINGAN KONSELING (Pengertian, Tujuan, Manfaat, Fungsi, Asas)


BIMBINGAN KONSELING

A.    DEFINISI

a.       Bimbingan
Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.

Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004: 99), Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Sementara Bimo Walgito (2004: 4-5), mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya.

Chiskolm dalam McDaniel, dalam Prayitno dan Erman Amti (1994: 94), mengungkapkan bahwa bimbingan diadakan dalam rangka membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendir

b.      Konseling
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antarab dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. (Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101).

Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.

c.     Kesimpulan
Jadi disini saya simpulkan bahwa pengertian bimbingan dan konseling yaitu suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya

B.     TUJUAN

a.      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah:
  • Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
  • Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), sertadan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
  • Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
  • Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
  • Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
  • Bersikap 'respect' terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
  • Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.
  • Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
  • Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.


b.      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah :
  • Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
  • Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
  • Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
  • Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
  • Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
  • Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.


c.       Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah :
  • Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
  • Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.
  • Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
  • Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.
  • Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
  • Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
  • Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
  • Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. 


FUNGSI

a.       Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
b.      Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
c.       Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming),home room, dan karyawisata.
d.      Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
e.       Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
f.       Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
g.      Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
h.      Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
i.        Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
j.        Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseling.


MANFAAT
a.       Bimbingan konseling akan membuat diri kita merasa lebih baik, merasa lebih bahagia, tenang dan nyaman karena bimbingan konseling tersebut membantu kita untuk menerima setiap sisi yang ada di dalam diri kita.
b.      Bimbingan konseling juga membantu menurunkan bahkan menghilangkan tingkat tingkat stress dan depresi yang kita alami karena kita dibantu untuk mencari sumber stress tersebut serta dibantu pula mencari cara penyelesaian terbaik dari permasalahan yang belum terselesaikan itu.
c.       Bimbingan konseling membantu kita untuk dapat memahami dan menerima diri sendiri dan orang lain sehingga akan meningkatkan hubungan yang efektif dengan orang lain serta dapat berdamai dengan diri sendiri.
d.      Perkembangan personal akan meningkat secara positif karena adanya bimbinga konseling.



ASAS
a.     Asas Kerahasiaan (confidential); yaitu asas  yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik  (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing  (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin,
Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Guru Pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien)  yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor) berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar peserta didik (klien) mau terbuka, guru  pembimbing (konselor) terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan  dan kekarelaan.
Asas Kegiatan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru Pembimbing (konselor) perlu mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif dalam setiap layanan/kegiatan  yang diberikan kepadanya.
Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan  bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor)  hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.
Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling  yakni permasalahan yang dihadapi peserta didik/klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik (klien)  pada saat sekarang.
Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi  dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan,  dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan  bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.
Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.  Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan   dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat menerima alih tangan  kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor),  dapat mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.
Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya  kepada peserta didik (klien) untuk maju.

.

PRINSIP

Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konselir. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).
Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.
Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli untuk memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.








Sumber :

Niamah. 2012. Pengertian Bimbingan Konseling Menurut Pendapat Beberapa Ahli. 

Selasa, 11 April 2017

Psikologi Pendidikan: Power Point Tugas Observasi Manajemen Kelas

Power Point Tugas Observasi Sekolah Al-Azhar tentang Manajemen Kelas

Kelompok 2:

Psikologi Pendidikan: Laporan Observasi Manajemen Kelas

TUGAS OBSERVASI

“Manajemen Kelas”
SMP Al-Azhar

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2






FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TA. 2016/2017



BAB I: PENDAHULUAN


Sebagai mahasiswa Psikologi yang mempelajari tingkah laku dan proses mental manusia. Sebuah perilaku terbentuk dan muncul karena ada dorongan yang berasal dari dalam (intrinsic) maupun di luar diri (ekstrinsik) manusia. Dorongan-dorongan ini disebut motivasi. Motivasi menjadi dasar dan landasan manusia melakukan suatu tindakan tertentu.  
Semua aktivitas dan tindakan yang kita lakukan terjadi karena adanya dorongan motivasi. Motivasi merupakan suatu tenaga yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasi tingkah laku (Perilaku). Perilaku ini timbul karena adanya dorongan faktor internal dan faktor eksternal. Perilaku dipandang sebagai reaksi atau respons terhadap suatu stimulus.
Untuk mendapatkan dorongan tersebut diperlukan beberapa strategi pengajaran dan pembelajaran yang tepat untuk dapat memotivasi anak didik serta menghidupkan suasana untuk mencapai pemahaman materi yang baik.
Kami mencoba mengobservasi sebuah sekolah yaitu SMA Swasta Al-Azhar Medan untuk melihat bagaimana metode pembelajaran, manajemen kelas, dan seberapa besar peran motivasi seorang siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Kami mengobservasi secara langsung, untuk dapat mendaptkan gambaran secara deskriptif tentang strategi/metode pembelajaran disekolah tersebut.

Landasan Teori

Pendidikan Remaja Awal (SMP)

Pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar (Whiterington, 1982:10). Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Jadi pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua orang dapat diperlakukan dengan porsi yang sama. Dengan adanya perbedaan rentang usia pastinya terdapat daya tampung ilmu yang berbeda-beda tiap rentangnya. Oleh sebab itu terbentuklah suatu jenjang pendidikan yang disesuaikan dengan usia dan kapasitasnya masing-masing. Adapun 4 Jenjang Pendidikan di Indonesia sendiri, yakni: PG/TK, SD, SMP, dan SMA.

Sekolah menengah pertama (disingkat SMP, bahasa Inggris: junior high school) adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Murid kelas 9 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah menengah pertama dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan (atau sederajat).
Pelajar sekolah menengah pertama umumnya berusia 13-15 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun. Dengan kata lain peserta didik pada jenjang ini adalah kalangan remaja, terutama remaja awal.
Remaja atau adolescence bersal dari bahasa latin “adolescence” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Remaja juga dapat didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Ada dua pandangan teoritis tentang remaja. Menurut pandangan teoritis pertama yang dicetuskan oleh Psikolog G.Stanley Hall : Adolescence is atime of “strom and stess”. Artinya, remaja adalah masa yang penuh dengan “badai dan tekanan jiwa”, yaitu masa dimana terjadi perubahan besar secara fisik, intelektual dan emossional pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan (konflik) pada yang bersangkutan, serta dapat menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dalam hal ini Sigmund freud dan Erikson meyakini bahwa perkembangan pada masa remaja penuh dengan konflik. Menurut teoritis yang kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan konflik. Menurut hurlock (1964) remaja awal (12/13 tahun-17/18 tahun), remaja akhir (17/18 tahun-21/22 tahun).

Ciri-ciri Remaja Awal (10-14 tahun).
1)      Ciri fisik:
v  Laju perkembangan secara umum berlangsung sangat cepat/pesat.
v  Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering kali kurang seimbang.
v  Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbuh bulu pada pubic region, otot mengembang pada bagian-bagian tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis kelamin (menstruasi pada wanita dan day dreaming pada laki-laki).
2)      Ciri Psikomotor :
v  Gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan.
v  Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.
3)      Ciri Bahasa:
v  Berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai  tertarik mempelajari bahasa asing.
v  Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik, dan estetik.
Ciri-ciri Perkembangan Remaja
Perkembangan remaja terlihat dengan ciri-ciri sebagai berikut :
A.    Perkembangan Biologis
Perubahan fisik seperti pubertas merupakan hasil aktifitas hormonal dibawah pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakan serta perkembangan karakteristik seks sekunder.
B.     Perkembangan Psikologis
Teori psikososial tradisional menganggap bahwa kritis perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Pada masa remaja mereka mulai melihat dirinya sebagai individu yang lain.
C.    Perkembangan Kognitif
Berfikir kognitif mencapai puncaknya pada kemampuan berfikir abstrak. Remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual yang merupakan ciri periode konkret, remaja juga memerhatikan terhadap kemungkinan tentang hal yang akan terjadi. Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi,diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas. Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat dan cepat. Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menunjukkan kecenderungan-kecenderungan yang lebih jelas.
D.  Perkembangan Moral
Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua. Dengan sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis seorang remaja mulai mengiuji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya.
E.     Perkembangan Spiritual
Seorang remaja mampu memahami konsep abstrak dan menginterpirasikan analogi serta simbol-simbol. Mereka mampu berempati, berfilosofi, dan berfikir secara logis. Kemudian mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertakan secara kritis dan skeptis. Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan  adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya. Dan masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.
F.     Perkembangan Sosial
Remaja harus mampu membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari kewenangan keluarga. Masa remaja adalah masa dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap teman dekat dan teman sebaya.

Ciri Konatif, Emosi,  Afektif, dam Kepribadian remaja :
a)      Lima kebutuhan dasar ( fisiologis,rasa aman, kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri) mulai menunjukkan arah kecenderungannya.
b)      Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labih dan belum terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih berganti dalam waktu yang cepat.
c)      Kecenderungan-kecenderunganarah sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba.
d)     Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi kritis identitanya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan membentuk kepribadiannya.





Macam Metode Pembelajaran untuk siswa SMP
Siswa SMP adalah siswa yang rata- rata berumur remaja yang menurut ahli perkembangan erik erikson berada dalam masa mencari identitas.jadi menurut pendapat ahli tersebut dapat ditarik beberapa metode yang cocok digunakan untuk siswa smp
1. Metode pembelajaran memungkinkan komunikasi 2 arah terjadi seperti guru memberikan materi berupa ceramah,kemudian guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya.,jika tidak ada siswa yang bertanya maka guru dapat memberikan dorongan dengan membuatnya menjadi tertarik untuk bertanya
2. Metode pembelajaran kelompok
Rata rata remaja usia smp suka berkelompok dengan teman teman sebayanya,jadi naluriberkelompok tersebut dapat digunakan oleh guru untuk menunjang pembelajaran
3. Metode pembelajaran berdasarkan masalah yang berkembang kemudian guru bisa mengajak siswanya untuk menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama

 

Motivasi


Bersehubungan data diatas dalam ruang lingkup dunia pendidikan, motivasi juga merupakan hal yang perlu diperhatikan sebagai pendorong minat belajar dalam KBM. Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Ada beberapa perspektif Motivasi diantaranya:
1.                  Perspektif behavioral
Menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif adalah stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat serta menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat (Emmer dkk, 2000). Insentif yang dipakai guru di kelas antara lain nilai yang baik, tanda bintang, atau pujian jika mereka menyelesaikan suatu tugas dengan baik. Insentif lainnya antara lain memberi penghargaan atau pengakuan pada murid.
2.                  Perspektif Humanistis
Menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas positif. Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut Hierarki Kebutuhan Maslow, kebutuhan individual harus dipuaskan dengan urutan sebagi berikut :


          “Aktualisasi diri”, Kebutuhan tertinggi dan sulit dalam hierarki Maslow, diberi perhatian khusus. Aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia. Menurut Maslow, aktualisasi diri dimungkinkan hanya setelah kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi.
3.                  Perspektif Kognitif
Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Belakangan ini muncul minat besar pada motivasi menurut perspektif kognitif (Pintrich & Schunk, 2002). Minat ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka, dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif.
Perspektif kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan R.W. White (1959), yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien. White mengatakan bahwa orang melakukan hal-hal tersebut bukan karena kebutuhan biologis, tetapi karena orang punya motivasi internal untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.
4.                  Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orangtua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru

Orientasi Belajar

*                   Teacher - Centered Learning
     Pendekatan ini memfokuskan guru. Perencanaan dan instruksi disusun oleh guru. Dalam hal ini, guru juga mengarahkan pembelajaran murid, memiliki ekspektasi yang tinggi atas kemajuan murid, memaksimalisasi waktu yang dihabiskan murid untuk tugas-tugas akademik, dan usaha guru untuk meminimalkan pengaruh negatif terhadap murid.
Perencanaan Teacher-Centered Learning memiliki tiga alat umum dalam perencanaan ini :
1.      Menciptakan Sasaran Behavioral
Sasaran behavioral (behavioral objectives) adalah pernyataan tentang perubahan yang diharapkan oleh guru akan terjadi dalam kinerja murid. Menurut Robert Mager (1962), sasaran behavioral harus spesifik. Mager percaya bahwa sasaran behavioral harus mengandung tiga bagian :
·         Perilaku murid. Fokus pada apa yang akan dipelajari atau dilakukan murid.
·         Kondisi di mana perilaku terjadi. Menyatakan bagaimana perilaku akan dievaluasi atau dites.
·         Kriteria kinerja. Menentukan level kinerja yang dapat diterima.

2.      Menganalisis Tugas
Difokuskan pada pemecahan suatu tugas kompleks yang dipelajari murid  menjadi komponen-komponen (Alberto & Troutman, 1999). Analisis dilakukan melalui tiga langkah dasar (Moyer & Dardig, 1978) :

·         Menentukan keahlian atau konsep yang diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
·         Mendaftar materi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas, seperti kertas, pensil, kalkulator, dan sebagainya.
·         Mendaftar semua komponen tugas yang harus dilakukan.
3.      Menyusun Taksonomi Instruksional
Taksonomi adalah sistem klasifikasi. Taksonomi Bloom oleh Benjamin Bloom dkk (1956) mengklasifikasikan sasaran pendidikan menjadi tiga domain :
a. Domain Kognitif memiliki enam sasaran, antara lain :
·         Pengetahuan        
·         Analisis
·         Pemahaman        
·         Sintesis
·         Aplikasi              
·         Evaluasi
b. Domain Afektif (respons emosional terhadap tugas) memiliki lima sasaran, antara lain :
-          Penerimaan          
-          Pengorganisasian
-          Respons                
-          Menghargai karakterisasi
-          Menghargai
c. Domain Psikomotor (menghubungkan aktivitas motor dengan pendidikan fisik dan atletik, tetapi banyak subjek lain, seperti menulis dengan tangan dan pengolahan kata, juga membutuhkan gerakan. Dalam sains, murid harus menggunakan peralatan yang kompleks; seni visual dan pahat membutuhkan koordinasi mata dan tangan. Sasaran psikomotor menurut Bloom adalah :
-          Gerak refleks                                        
-          Kemampuan fisik
-          Gerak fundamental dasar                   
-          Gerak terlatih
-          Kemampuan Perseptual                     
-          Perilaku nondiskusif

*                   Learner -  Centered Learning
Pendekatan ini fokusnya adalah kepada siswa bukan guru. Dalam hal ini, persepsi murid terhadap lingkungan pembelajaran yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru merupakan faktor paling penting yang memperkuat motivasi dan prestasi murid (McCombs, 2001; McCombs & Quiat, 2001). Pendekatan ini mengandung implikasi penting bagi cara guru merancang dan mengajar, karena prinsip-prinsip tersebut didasarkan pada riset tentang cara belajar paling efektif bagi murid. Pendekatan ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Pendidikan akan lebih baik apabila fokus utamanya adalah pada orang yang belajar (learner). Learner-Centered ini dikembangkan oleh American Psychological Association (APA) dapat diklasifikasikan berdasarkan empat faktor :
1.                  Faktor Kognitif dan Metakognitif
Ada enam prinsip, yaitu :
·                     Sifat proses pembelajaran
·                     Tujuan proses pembelajaran
·                     Konstruksi pengetahuan
·                     Pemikiran strategi
·                     Memikirkan tentang pemikiran (metakognisi)
·                     Konteks pembelajaran
2.                  Faktor Motivasi dan Emosional
Ada tiga prinsip, antara lain :
·                     Pengaruh motivasi dan emosi terhadap pembelajaran
·                     Motivasi intrinsik untuk belajar
·                     Efek motivasi terhadap usaha
3. Faktor Sosial dan Developmental
    Ada dua prisip, antara lain :
a. Pengaruh perkembangan pada pembelajaran
b. pengaruh sosial terhadap pembelajaran

4. Faktor Perbedaan Individual
    Ada tiga prinsip, antara lain :
a.  Perbedaan individual dalam pembelajaran
b.  Pembelajaran dan diversitas
c. Standar dan penilaian

Manajemen Kelas

Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles, 2002; Everstson, Emmer, & Worsham, 2003). Manajemen lingkungan yang baik adalah mendesain lingkungan fisik kelas untuk pembelajaran yang optimal, menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran, membangun dan menegakkan aturan, mengajak murid bekerja sama, mengatasi masalah secara efektif, dan menggunakan strategi komunikasi yang baik.
Ada tujuan manajemen kelas yang efektif : membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan, dan mencegah murid mengalami masalah akademik dan emosional.
·                     Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
Gaya Penataan:

1.      Gaya auditorium tradisional, semua murid duduk menghadap guru.
2.      Gaya tatap muka (face to face), murid saling menghadap satu sama lain.
3.      Gaya off-set, sejumlah murid (3-4 orang) duduk di bangku tetapi tidak duduk   berhadapan langsung satu sama lain.
4.      Gaya seminar, sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, persegi, atau bentuk U.
5.      Gaya klaster (cluster), sejumlah murid (4-8 orang) bekerja dalam kelompok kecil.
·                     Menciptakan Lingkungan Positif untuk Pembelajaran
Guru yang otoratif akan cenderung mempunyai murid yang mandiri, tidak cepat puas, mau bekerja sama dengan teman, dan menunjukkan penghargaan diri yang tinggi. Guru otoratif akan melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka, menjelaskan aturan dan regulasi, dan menentukan standar dengan masukan dari murid. Strategi manajemen kelas yang otoratif akan mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku independen.







Identitas Sekolah

Nama Sekolah                         : SMA Swasta Al-Azhar Medan
Nama Kepala Sekolah             : Drs. Agustini, M.A
Alamat Sekolah                       : Jl. Pintu Air IV No. 214
Kecamatan                              : Medan Johor
Kabupaten                               : Kota Medan
Provinsi                                   : Sumatera Utara
Ekstrakurikuler                        :
      • Paskibra
      • Pramuka
      • Tahfiz
      • Renang
      • Futsal
      • Basket

Jadwal Pelaksanaan

No.
Kegiatan
Tanggal
1.
Menentukan topic
15 Maret 2017
2.
Meninjau keadaan sekolah
18 Maret 2017
3.
Membuat surat izin dari fakultas
20 Maret 2017
4.
Menerima surat izin dari fakultas
23 Maret 2017
5.
Mengirim surat ke sekolah
23 Maret 2017
6
Mengobservasi
24 Maret 2017
7.
Diskusi kelompok
4 April 2017
8.
Posting blog
11 April 2017

Alat / Bahan:

1.      Pulpen
2.      Buku Notes, untuk mencatat hasil observasi
3.      Kamera HP sebagai dokumentasi

Analisis Data

Data kami peroleh melalui kegiatan observasi langsung di SMP Al-Azhar. Data tersebut digunakan untuk mengetahui bagaimana proses “Manajemen Kelas” di SMP Al-Azhar.

Sampel Penelitian Dan Lokasi Pengambilan Data

Sampel : Siswa dan Guru di SMP Al-Azhar
Tempat : SMP Al-Azhar, Jl. Pintu Air IV No. 214 Kwala Bekala, Medan Johor

BAB II: PELAKSANAAN


Penelitian dilakukan  pada tanggal 24 Maret 2017 di sekolah  Perguruan Al-Azhar Medan. Kelompok berangkat dari rumah masing-masing pada pukul 08:00 menuju fakultas Psikologi USU dan berangkat secara bersamaan menuju Perguruan Al-Azhar Medan menggunakan transportasi online. Sampailah kami sekitar pukul 09:00 di Perguruan Al-Azhar medan. Sebelum memasuki kelas yang akan diobservasi kelompok memeriksa kelengkapan anggota serta memeriksa barang-barang  yang telah dipersiapkan  untuk melakukan observasi, yang berupa buku note, pena, dan kamera ponsel. Setelah semua lengkap kelompok memulai dengan menemui wakil kepala sekolah untuk memastikan izin mengobservasi manangement kelas siswa. Kami  yang beranggotakan 7 orang dalam kelompok dibagi oleh wakil kepala sekolah  menjadi dua kelompok dimana, satu kelas kami beranggotakan  4 orang dan satu kelas lagi beranggotakan 3 orang.
Setelah itu, kelompok satu memasuki kelas 7 Billingual B yang sedang berlangsungnya pelajaran Bahasa Indonesia, sedangkan kelompok dua memasuki kelas 9 Bilingual A yang sedang berlangsungya pelajaran dibawa Bahasa Inggris dan dilanjutkan dengan pelajaran Matematika. Lalu kelompok mulai memperkenal diri, tujuan kedatangan kelompok serta menjelaskan prosedur observasi. Setelah prosedur selasai dijelaskan, kelompok mempersilahkan murid-murid melanjutkan kegiatan yang telah di tetapkan oleh guru masing-masing dan mulai untuk mengobservasi management kelas tersebut. Setiap anggota kelompok telah memiliki tugas masing-masing, yaitu ada yang bertugas mencatat bagaimana terjadinya management kelas, ada yang bertugas mewawancarai sebagian murid dan ada juga yang bertugas untuk mengabadikan beberapa moment penting dalam kelas. Sekitar pukul 10:30 pelajaran telah berakhir, murid-murid diwajibkan melakukan shalat sunnah dhuha dan setelah selesai shalat murid-murid pun beristirahat. Sebelum kelas berakhir kelompok juga mengucapkan terima kasih atas partisipasi murid- murid terhadap observasi tersebut.
Setelah itu kelompok menemui wakil kepala sekolah untuk mengucapkan terima kasih atas izin dalam melaksanakan tugas observasi management kelas. Sekitar pukul 11:00 kelompok sepakat untuk mengakhiri observasi tersebut dan kembali kerumah masing-masing menggunakan transportasi online.

BAB III: LAPORAN, EVALUASI, dan DOKUMENTASI OBSERVASI


Laporan Kelompok 1: Kelas VII Billingual B

·         Kondisi Kelas
Kami masuk ke dalam kelas VII Billingual B pada 1 mata pelajaran, yaitu Bahasa Indonesia. Mata pelajaran Bahasa Indonesia ini dipimpin oleh Miss Dewi. Satu kelas terdiri dari 24 orang, 16 orang perempuan dan 8 orang laki-laki. Pada pelajaran ini semua murid hadir. Pada waktu itu sedang berlangsung diskusi kelompok, mereka mendiskusikan tentang unsur  intrinstik dan ekstrintrik dari sebuah cerpen yang berjudul Nikmat Tiada Hitungan Matematika. Murid dibagi dalam 4 kelompok, dimana di setiap kelompok terdiri dari 6 orang


Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ini guru menginstruksikan muridnya membawa buku masing-masing, dan kemudian murid membaca terlebih dahulu wacana tersebut, dan lalu menceritakan kembali apa yang mereka baca. Selain itu guru juga menawarkan nilai lebih kepada kelompok yang menyelesaikan tugas dengan cepat. Dan ini merupakan sebuah motivasi untuk murid-muridnya. Selain itu kelompok yang bisa menjelaskan hasil diskusi mereka dengan baik murid yang lain memberi tepuk tangan, ini juga merupakan bagian dari motivasi. Dan murid dalam kelas VII Billingual B ini sangat aktif, kritis, kompak dan juga kreatif. Terlihat dari dekorasi kelas mereka yang colorfull dan nyaman.
Dalam pengamatan kami guru disini mampu menguasai kelas dengan baik, tapi terkadang muridnya suka ribut terutama murid perempuan. Dalam mata pelajaran ini murid mampu memahami apa yang guru jelaskan. Miss mampu dalam menguasai kelas, miss juga berjalan untuk memperhatikan dan membantu para murid di setiap kelompok. Para murid juga aktif bertanya jika mereka kurang memahami tugas tersebut.

Setelah beberapa menit, miss pun mulai bertanya tentang apa isi cerpen tersebut. Lalu ada kelompok  yang mayoritas perempuan menjawab, kemudian miss meminta mereka untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka itu. Setelah kelompok 1 selesai mempresentasikan hasil diskusi mereka, Miss Dewi menjelaskan tentang unsur intrinsik dan ekstrinsik dari cerpen tersebut sambil melakukan tanya jawab dengan para murid. Namun beberapa anak ada yang tidak mendengarkan saat sedang dijelaskan, ada yang mengobrol, main-main, dan tertawa. Murid perempuan lebih aktif dalam diskusi dibandingkan murid laki-laki. Sejauh ini semua murid bisa mengikuti pelajaran dengan baik walaupun sikapnya kurang sopan.
 Setelah semua pertanyaan terjawab, jam kelas Bahasa Indonesia pun berekhir dan Miss Dewi mengajak murid-murid untuk melaksanakan sholat dhuha.

EVALUASI

Menurut pemaparan hasil observasi di SMPS Al-Azhar Medan di kelas VII Bilingual B diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode belajar yang digunakan adalah metode student-centered yaitu pembelajaran kooperatif. Dikatakan berpusat kepada siswa oleh sebab sebagian besar input pengajaran berasal dari siswa, mereka secara aktif akan meningkatkan belajar mereka, serta mereka dapat menentukan hasil diskusi mereka. Hal ini terlihat dari berlangsungnya diskusi  dan persentasi oleh masing-masing kelompok. Dan hal ini terbukti mampu meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi peserta didik, apalagi guru memberikan imbalan berupa nilai lebih pada kelompok yang selesai dengan cepat.
            Dalam pelaksanaan observasi ini kami tidak banyak menemui kendala. Surat izin dan administrasi lain berjalan dengan lancar, dikarenakan salah satu anggota kelompok kami adalah alumni dari sekolah tersebut. Pihak sekolah juga sangat membantu dan menyambut dengan baik.

DOKUMENTASI



Laporan Kelompok 2: Kelas IX Billingual A


·         Kondisi Kelas
Kami masuk ke dalam kelas IX Bilingual A pada 2 mata pelajaran, yaitu Bahasa Inggris dan Matematika Dasar. Mata pelajaran Bahasa Inggris dipimpin oleh Sir Faisal Asdami dan mata pelajaran Matematika Dasar dipimpin oleh Sir Abdurrahman. Satu kelas terdiri dari 24 orang, 16 orang perempuan dan 8 orang laki-laki. Namun pada pelajaran Bahasa Inggris 1 orang anak perempuan tidak hadir, namun pada saat pelajaran Matematika Dasar ia hadir. Guru dan murid berbicara dalam 2 bahasa yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Posisi tempat duduk adalah sepasang.
·         Mata Pelajaran Bahasa Inggis
Setelah menyiapkan kelas, Sir Faisal meminta para murid untuk membentuk kelompok. Lalu anak-anak tersebut langsung mengubah posisi duduk di dalam kelompok mereka masing-masing. Ada 5 kelompok yang terdiri dari 2 kelompok untuk anak laki-laki dan 3 kelompok untuk anak perempuan. Lalu Sir Faisal memberikan tugas dari buku pegangan mereka. Tugasnya adalah membaca isi text lalu mencari tahu tentang apa isi text tersebut. Setelah selesai didiskusikan, maka akan dipresentasikan dalam durasi 5 menit.
 Lalu Sir Faisal berjalan untuk memperhatikan dan membantu para murid di setiap kelompok. Para murid juga aktif bertanya jika mereka kurang memahami terjemahan text tersebut. Kelompok perempuan yang di tengah kurang bekerja sama (1), kelompok laki-laki yang di sebelah kanan lebih banyak bermain daripada berdiskusi (2), dan ada anak perempuan di kelompok perempuan yang di sebelah kanan kurang sopan saat berdiskusi (3). 
Setelah beberapa menit, maka Sir Faisal bertanya tentang apa isi text tersebut. Lalu ada kelompok perempuan yang menjawab bahwa text tersebut tentang “seekor rusa yang tidak bersyukur”. Setelah itu Sir Faisal menjelaskan tentang text tersebut sambil melakukan tanya jawab dengan para murid. Namun beberapa anak ada yang tidak mendengarkan saat sedang dijelaskan, ada yang mengobrol, tiduran, dan tertawa. Kelompok laki-laki dan perempuan yang sebelah kanan kurang memperhatikan dibandingkan kelompok perempuan yang di tengah dan di sebelah kiri serta kelompok laki-laki disebelah kiri. Murid perempuan lebih aktif dalam diskusi dibandingkan murid laki-laki. Sejauh ini semua murid bisa mengikuti pelajaran dengan baik walaupun sikapnya kurang sopan.
Setelah semua pertanyaan terjawab, Sir Faisal memberikan pr, lalu Sir Faisal bertanya kapan mau dikumpul. Lalu mereka berdiskusi kapan waktu yang tepat untuk mengumpulkan pr tersebut. Saat sedang berdiskusi, suasana kelas sangat ricuh dan tidak kondusif. Setelah mendapat kesepakatan, Sir Faisal memberikan informasi seputar ujian akhir lalu ia keluar kelas dan murid mengucapkan salam dan terimakasih.
·         Mata Pelajaran Matematika Dasar
Sir Abdurrahman masuk ke dalam kelas bersama dengan murid perempuan yang tidak hadir pada saat mata pelajaran Bahasa Inggris tadi dan menyapa murid-murid. Lalu Sir Abdurrahman bahwa materi kelas A hari itu adalah menjawab soal-soal yang ada di buku pegangan tentang soal-soal UN. Lalu setiap orang akan dipilih untuk mnuliskan jawabannya di depan. Namun para murid menolak dan mengatakan bahwa merekan ingin soalnya dibahas bersama saja. Lalu mereka sepakat untuk berdiskusi tetap di dalam kelompok yang sama dengan mata pelajaran Bahasa Inggris tadi. Lalu Sir Abdurrahman menggambar sebuah kubus di papan tulis dan mendiktekan soalnya lalu bertanya kepada para murid bagaimana cara menjawab soal tersebut. Para murid belum menyiapkan buku dan pena saat soal dibacakan, jadi mereka berkata “belum siap sir”, “sebentar sir”, dan “pelan-pelanlah sir” sehingga kelas kurang kondusif.

Saat berdiskusi anak perempuan yang baru hadir tadi di kelompok perempuan sebelah kanan sedang bermain hp sebentar lalu meletakkannya (1). Murid laki-laki lebih memperhatikan dibandingkan murid perempuan(2). Lalu Sir Abdurrahman menunjuk kelompok perempuan yang di tengah untuk maju menjawab soal tersebut. Anggota kelompok tersebut langsung menunjuk 1 murid yang bernama Laili. Lalu para murid berkata belum siap dan meminta waktu untuk berdiskusi sebentar. Saat berdiskusi, ada murid perempun yang membuka sepatunya dan mengangkat kaki (3), bertopang dagu dan bermalas-malasan (4) namun ada juga murid yang serius mengerjakan soal dan mengajarkan temannya bagaimana cara menjawab soal tersebut (5). Sir Abdurrahman berkeliling untuk membantu para murid dalam menjawab soal, membangkitkan murid-murid yang bermalas-malasan, dan menegur murid-murid yang tidak mengerjakan. Ada perilaku yang kurang sopan dimana anak menarik baju Sir Abdurrahman saat bertanya mengenai soal (6). Setelah beberapa menit, lalu Laili beserta temannya maju ke depan untuk mempesentasikan bagaimana cara menjawab soal kubus tersebut (7). Setelah selesai, para murid pergi beristirahat.
DOKUMENTASI:

EVALUASI

Perencanaan awal yang dilakukan sudah cukup matang serta terstruktur dengan rapi, tetapi dalam pelaksanaannya terdapat sedikit kendala dalam hal pemilihan sekolah yang akan diobservasi. Setelah dirundingkan dan disurvey maka dipilih SMP Al-Azhar yang menjadi tempat dimana observasi akan dilakukan. Saat hari pengobservasian, dipilihlah dua kelas dengan satu tim di setiap kelas. Pembagian tim yang mendadak dilakukan serta pembagian tugas berlangsung cepat. Dalam kelas, penjelasan langsung kami beri kepada guru dan murid tanpa basa-basi dan menghemat waktu agar mereka bertindak seperti biasanya. Satu tim mendapatkan 2 sesi mata pelajaran sedangkan satu tim lainnya hanya dapat mengobservasi 1 sesi mata pelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dipaparkan diatas, kami menyimpulkan bahwa manajemen kelas kurang baik tetapi pengajaran yang dilakukan guru merupakan cara belajar dua arah yaitu guru dan murid sama-sama mengambil peran dalam proses belajar.

Testimoni :

Filipus Riaman Napitu Saragih (161301032)
Tugas yang paling menarik adalah observasi kesekolah, disitu kita belajar bagaimana sebagai mahasiswa, secara kelompok melakukan tugas outdoor secara mandiri, turun langsung kelapangan, untuk menelaah langsung sesuai kajian yang didapat selama masa perkuliahan. Alhasil banyak hal postif yang kami dapatkan, dimana tidak hanya teori, kami mendapatkan pemahaman lebih akan dunia pendidikan.

T Yulias Triana (161301011)
Saya sangat excited dengan tugas observasi ini. Karena ini adalah tugas pertama observasi sejak di Fakultas Psikologi. Dan juga harap-harap cemas dengan teknis pelaksanaan dan hasilnya. Dan mengalami kebingungan untuk menentukan sekolah yang akan dijadikan objek observasi. Tetapi beruntung salah satu anggota kelompok kami adalah alumni SMPS Al-Azhar Medan. Kami pun memilih SMP tersebut, dan observasi pun berjalan lancar. Ini adalah pengalaman yang tak terlupakan.

Fadillah (161301017)
Menurut saya dengan adanya tugas mengobservasi ini dapat menambah ilmu saya dimana selama ini pembelajaran psikologi pendidikan hanya dalam metode teori dan ceramah tetapi dengan adanya tugas ini membuat saya lebih mengerti tentang praktek langsung bagaimana cara melihat  management kelas yang baik dan benar. Kegiatan observasi ini sangat menarik karena kelompok kami mengobservasi untuk tingkat sekolah menengah pertama.  Dan ini merupakan pengalaman pertama saya serta pengalaman yang paling berharga untuk saya.

Tamariska br Gurusinga (161301066)
                
Observasi adalah pengalaman yang baru bagi saya. Saya mengucapkan terimakasih kepada mata kuliah Pendidikan dan para dosen pengampu yang membuat tugas observasi ini. Awalnya degdegan nanti bagaimana cara observasinya,apa yang harus dilakukan. Untungnya kami saling membantu sesama anggota kelompok sehingga observasi dapat dilakukan dengan lancar. Kami mengamati proses belajar dan manajemen kelas anak smp. Itu adalah pengalaman baru yang tak terlupakan bagi saya.

Renya Clara T. S. Depari (161301075)
Kami memilih observasi dengan topik manajemen kelas. Saat sedang bersiap-siap untuk pengobservasian, pembagian tim yang mendadak menjadi dua sempat membuat saya kaget karena harus mengontrol dan mengobservasi kelas. Tetapi saat observasi berlangsung ternyata tidaklah sesulit yang saya pikirkan karena saya sudah pernah berada di posisi mereka sebagai murid. Serta saya juga sudah mempelajari teori-teori psikologi pendidikan tentang bagaimana mendidik yang efektif sehingga mempermudah untuk menilai dan mengobservasi. Saya juga merasakan mereka sebagai murid sangat akrab dan langsung dengan mudah menerima kami.

Nirmalla Sari (161301014)
Selama observasi saya banyak mendapat kesan yang menyenangkan . Selain itu dengan observasi wawasan dan pengalaman saya bertambah.  Dan dengan observasi ini juga saya lebih paham bagaimana cara memanajem kelas.   Intinya selama observasi saya sangat senang dan bersemangat. 

Irham M. (161301062)
Selama observasi dapat kesan yang menyenangkan karena observasi dapat membantu kita melihat langsung bagaimana manajemen kelas. Jadi kita bukan hanya dituntut untuk mengetahui teorinya saja tetapi dituntut untuk memahami bagaimana manajem kelas jika berada di lapangan langsung. Selain dapat mengetahui manajemen kelas kita juga dapat tambahan yaitu kita bisa mengetahui dengan melihat secara langsung perkembangan anak pada masa umurnya. Intinya satu observasi MANTAP

Desain Poster :