Dalam
dunia pendidikan, sebagai tenaga pendidik, kita harus memperhatikan aspek-aspek
eksternal maupun internal murid. Selain kognitif tiap individu yang
bervariatif, kita perlu memperhatikan variasi kepribadian dan temperamen
individualnya. Kali ini saya akan membahas beberapa strategi pendidikan
terhadap temperamen anak.
Temperamen yang dimaksud disini adalah gaya perilaku
seseorang dan cara khasnya dalam memberikan tanggapan atau respons. Ada murid
bertemperamen aktif sedangkan lainnya tenang. Beberapa murid merespons orang
lain dengan hangat, sedangkan yang lainnya acuh
‘tak acuh. Ilmuwan yang mempelajari temperamen berusaha mengklasifikasi
temperamen. Klasifikasi paling terkenal adalah klasifikasi yang dikemukakan
Alexander Chess dan Stella Thomas (Chess & Thomas, 1977; Thomas & Chess
1991). Mereka percaya bahwa ada tiga tipe atau jenis temperamen:
"Anak mudah" (easy child) yang biasanya memiliki mood positif, cepat membangun rutinitas, dan mudah beradaptasi dengan pengalaman baru.
"Anak sulit" (difficult child.) Anak yang cenderung bereaksi negatif, cenderung agresif kurang kontrol diri, dan lamban dalam menerima pengalaman baru.
"Anak lambat bersikap hangat" (slow-to-warm-up
child) biasanya beraktivitas lamban, agak negatif, menunjukkan
kelambanan dalam beradaptasi, dan intensitas mood yang rendah.
Temperamen sulit atau temperamen yang merefleksikan kurangnya kontrol diri dapat membuat murid kena masalah. Dalam satu studi, remaja bertemperamen sulit biasanya mudah tergoda oleh penyalahgunaan narkoba dan mudah stres (Tubman & Windle, 1995). Dalam studi lain, faktor temperamen yang diberi label “di luar kendali" (mudah tersinggung dan terganggu) yang diketahui ada pada usia 3 sampai 5 tahun ternyata ada hubungannya dengan problem perilaku yang muncul pada usia 13 sampai 15 tahun (Caspi, dkk., 1995). Pada rentang usia yang sama, faktor temperamen yang diberi label "approach" (keramahan, mau mengeksplorasi situasi baru) dikaitkan dengan sedikitnya kecemasan dan depresi.
Mary Rothbard dan John Bates (1998) menyimpulkan
bahwa, berdasarkan riset terkini, kerangka terbaik untuk mengklasifikasikan
temperamen adalah dengan merevisi kategori Chess dan Thomas (easy, difficult, dan slow-to-warm-up). Klasifikasi temperamen
sekarang ini lebih difokuskan pada: (1) sikap dan pendekatan positif (2) sikap
negatif dan (3) usaha kontrol (pengaturan diri. Juga, muncul minat untuk mengkaji
konteks, seperti sekolah dan kelas, melunakkan ekspresi temperamen (Goldsmith,
dkk., 2001; Sanson & Rothbard, 2002; Wachs & Kohnstamm, 2001).
Teaching
Strategies:
Temperamen Anak
Beberapa
strategi pengajaran yang berhubungan dengan temperamen murid (Sanson &
Rothbard 1995):
Beri
perhatian dan penghargaan pada individu. Guru perlu peka
terhadap isyarat dan kebutuhan murid. Tujuan dari pengajaran yang baik mungkin
dapat tercapai lewat satu cara pada satu murid, kemudian cara lain kepada murid
lain, tergantung pada temperamen si murid. Beberapa temperamen menghasilkan
kesulitan dalam pembelajaran. Misalnya, anak yang mudah stres, terlihat dalam
sikapnya yang gampang tersinggung, berperilaku menghindar atau enggan berbicara
dengan guru.
Perhatikan
struktur lingkungan murid. Kelas dengan kapasitas anak didik
yang penuh-sesak dan berisik sering menimbulkan banyak masalah bagi anak
"sulit" ketimbang anak "mudah".
Waspadai
masalah yang dapat muncul apabila memberi cap "sulit" bagi seorang anak dan menyusun paket program untuk anak
sulit. Beberapa buku dan program untuk orang tua dan guru
terutama difokuskan pada temperamen anak (Cameron, Hansen, & Rosen, 1989;
Turecki & Tonner, 1989) Sebagian besar difokuskan pada anak-anak sulit.
Akan lebih membantu
untuk mengetahui bahwa ada murid yang lebih susah diajar daripada mengetahui
yang lainnya. Nasihat tentang cara menangani temperamen tertentu juga berguna.
Akan tetapi, apakah suatu karakter tersebut dikategorikan sebagai
"sulit" atau tidak, itu semua tergantung kepada lingkungannya, jadi
akar permasalahan tidak selalu datang dari si anak. Melabeli seorang anak
sebagai anak yang lebih pintar atau kurang pintar juga bisa berbahaya. Demikian
pula, melabeli anak sebagai anak "sulit” juga berbahaya karena si anak
nantinya akan berperilaku sebagaimana label itu. Ingatlah bahwasanya temperamen
dapat diubah sampai pada tingkat tertentu Sanson & Rothbard, 2002)
Daftar Pustaka:
Santrock, J. W. (2004). Psikologi Pendidikan. jakarta:
PRENAMEDIAGROUP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar