Selasa, 04 April 2017

Psikologi Pendidikan: Mendidik Anak Berdasarkan Temperamennya



Dalam dunia pendidikan, sebagai tenaga pendidik, kita harus memperhatikan aspek-aspek eksternal maupun internal murid. Selain kognitif tiap individu yang bervariatif, kita perlu memperhatikan variasi kepribadian dan temperamen individualnya. Kali ini saya akan membahas beberapa strategi pendidikan terhadap temperamen anak.

Temperamen yang dimaksud disini adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberikan tanggapan atau respons. Ada murid bertemperamen aktif sedangkan lainnya tenang. Beberapa murid merespons orang lain dengan hangat, sedangkan yang lainnya acuh ‘tak acuh. Ilmuwan yang mempelajari temperamen berusaha mengklasifikasi temperamen. Klasifikasi paling terkenal adalah klasifikasi yang dikemukakan Alexander Chess dan Stella Thomas (Chess & Thomas, 1977; Thomas & Chess 1991). Mereka percaya bahwa ada tiga tipe atau jenis temperamen:

1.     
       "Anak mudah" (easy child) yang biasanya memiliki mood positif,         cepat membangun rutinitas, dan mudah beradaptasi dengan pengalaman baru.


     

"Anak sulit" (difficult child.) Anak yang cenderung bereaksi negatif,  cenderung agresif kurang kontrol diri, dan lamban dalam menerima        pengalaman baru. 


    


"Anak lambat bersikap hangat" (slow-to-warm-up child) biasanya beraktivitas lamban, agak negatif, menunjukkan kelambanan dalam beradaptasi, dan intensitas mood yang rendah.






Temperamen sulit atau temperamen yang merefleksikan kurangnya kontrol diri dapat membuat murid kena masalah. Dalam satu studi, remaja bertemperamen sulit biasanya mudah tergoda oleh penyalahgunaan narkoba dan mudah stres (Tubman & Windle, 1995). Dalam studi lain, faktor temperamen yang diberi label “di luar kendali" (mudah tersinggung dan terganggu) yang diketahui ada pada usia 3 sampai 5 tahun ternyata ada hubungannya dengan problem perilaku yang muncul pada usia 13 sampai 15 tahun (Caspi, dkk., 1995). Pada rentang usia yang sama, faktor temperamen yang diberi label "approach" (keramahan, mau mengeksplorasi situasi baru) dikaitkan dengan sedikitnya kecemasan dan depresi.

Mary Rothbard dan John Bates (1998) menyimpulkan bahwa, berdasarkan riset terkini, kerangka terbaik untuk mengklasifikasikan temperamen adalah dengan merevisi kategori Chess dan Thomas (easy, difficult, dan slow-to-warm-up). Klasifikasi temperamen sekarang ini lebih difokuskan pada: (1) sikap dan pendekatan positif (2) sikap negatif dan (3) usaha kontrol (pengaturan diri. Juga, muncul minat untuk mengkaji konteks, seperti sekolah dan kelas, melunakkan ekspresi temperamen (Goldsmith, dkk., 2001; Sanson & Rothbard, 2002; Wachs & Kohnstamm, 2001).

Teaching Strategies: Temperamen Anak
Beberapa strategi pengajaran yang berhubungan dengan temperamen murid (Sanson & Rothbard 1995):

       Beri perhatian dan penghargaan pada individu. Guru perlu peka terhadap isyarat dan kebutuhan murid. Tujuan dari pengajaran yang baik mungkin dapat tercapai lewat satu cara pada satu murid, kemudian cara lain kepada murid lain, tergantung pada temperamen si murid. Beberapa temperamen menghasilkan kesulitan dalam pembelajaran. Misalnya, anak yang mudah stres, terlihat dalam sikapnya yang gampang tersinggung, berperilaku menghindar atau enggan berbicara dengan guru.


    Perhatikan struktur lingkungan murid. Kelas dengan kapasitas anak didik yang penuh-sesak dan berisik sering menimbulkan banyak masalah bagi anak "sulit" ketimbang anak "mudah".

    Waspadai masalah yang dapat muncul apabila memberi cap "sulit" bagi seorang anak dan menyusun paket program untuk anak sulit. Beberapa buku dan program untuk orang tua dan guru terutama difokuskan pada temperamen anak (Cameron, Hansen, & Rosen, 1989; Turecki & Tonner, 1989) Sebagian besar difokuskan pada anak-anak sulit.


Akan lebih membantu untuk mengetahui bahwa ada murid yang lebih susah diajar daripada mengetahui yang lainnya. Nasihat tentang cara menangani temperamen tertentu juga berguna. Akan tetapi, apakah suatu karakter tersebut dikategorikan sebagai "sulit" atau tidak, itu semua tergantung kepada lingkungannya, jadi akar permasalahan tidak selalu datang dari si anak. Melabeli seorang anak sebagai anak yang lebih pintar atau kurang pintar juga bisa berbahaya. Demikian pula, melabeli anak sebagai anak "sulit” juga berbahaya karena si anak nantinya akan berperilaku sebagaimana label itu. Ingatlah bahwasanya temperamen dapat diubah sampai pada tingkat tertentu Sanson & Rothbard, 2002)


Daftar Pustaka:
Santrock, J. W. (2004). Psikologi Pendidikan. jakarta: PRENAMEDIAGROUP.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar